Rabu, 27 April 2016

RKPD Terbaik, Banyumas Terima Hadiah 1 Milyar dari
 Gubenur Jateng



PURWOKERTO - Dinobatkan menjadi terbaik Tingkat Provinsi Jawa Tengah dalam bidang Dokumen Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Tahun 2016, Pemerintah Kabupaten Banyumas mendapatkan tropy Pangripta Abipraya dan bantuan keuangan Rp. 1 milyar dari Pemerintah Provinsi Jawa Tengah.
Tropy dan bantuan diserahkan oleh Gubenur Jawa Tengah Ganjar Pranowo kepada Bupati Banyumas Ir. H. Achmad Husein pada pembukaan Musawarah Perencanaan Pembangunan Tingkat Provinisi Jawa Tengah (Musrenbang Prov), Selasa (26/4).
Selain menjadi terbaik tingkat Provinsi Jawa Tengah, Dokumen RKPD Tahun 2016 juga masuk 16 besar nasional yang pengumumannya dilaksanakan pada pembukaan Musrenbangnas di Hotel Bidakara Jakarta pada Rabu (20/4) lalu yang dihadiri oleh Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN) kepala Bappenas, Menteri Keuangan, Menteri Dalam Negeri, Bupati dan Gubernur nominasi dan kepala Bappeda provinsi se Indonesia
Kepala Bappeda Kabupaten Banyumas Ir. Eko Prijanto, MT menjelaskan Penghargaan Pangripta adalah penghargaan untuk pemerintah daerah yang berhasil menyusun RKPD dengan kualitas baik,untuk tingkat Nasional Pangripta Nusantara dan tingkat Provinsi Pangripta Abipraya.
Banyumas menjadi terbaik tingkat Provinsi dan 16 besar Nasional setelah dinilai oleh tim provinsi dan pusat meliputi keterkaitan, Konsistensi, kelengkapan dan kedalaman, keterukuran, dan inovasi Kebijakan.
"Untuk Tahap pertama tingkat provinsi paremeter penilaian antara lain keterkaitan bobot 15%, Konsistensi 20%, Kelengkapan dan kedalaman 40%,keterukuran 10% dan Inovasi kebijakan 15%, sedangkan untuk tingkat nasional keterkaitan, konsistensi, kelengkapan dan kedalaman, keterukuran, inovasi kebijakan, Bottom-Up, top down, tekonkratik, Politik, inovasi proses dan program daerah masing-masing bobot 5%,tampilan dan presentasi dan kemampuan presentasi 25 % dan penguasaan materi (pengetahuan tentang RPJMN 2016-2019, institusional leadership, bahasa penyampaian, gesture, kualitas argumentasi dan waktu bobot 25%" jelasnya.
Bupati Banyumas Achmad Husein megatakan, diterimanya penghargaan merupakan hasil kerja keras dari semua pihak yang dimotori oleh Bappeda Kabupaten Banyumas juga merupakan amanah untuk terus meningkatkan kualitas perencanaan juga sebagai indikator bahwa Dokumen perencanaan pembangunan di Banyumas menunjukan kualitas yang baik.
“Ini sebagai salah satu indikator bahwa perencanaan pembangunan di Kabupaten Banyumas yang dimulai dari musrenbang desa/kelurahan, kecamatan dan kabupaten serta kolerasi dengan Provinsi dan Nasional telah berjalan dengan baik, dan terima kasih kepada semua pihak terutama jajaran Bappeda sehingga kita diakui oleh pemerintah provinsi Jawa Tengah dan Pusat bahwa Dokumen perencanaan pembangunan kita baik ” jelasnya
Husain juga mengatakan penghargaan juga sebagai wujud dari pelaksanaan tahapan pembangunan daerah untuk pencapaian visi dan misi yang telah ditetapkan telah sesuai. “Untuk mencapai visi dan misi Kabupaten Banyumas 2013-2018 telah ditetapkan telah disusun dan ditetapkan tahapan-tahapan pembangunan daerah dimana tahun pertama (2014) tahap konsolidasi tahun penegasan komitmen, kedua (2015) tahap penguatan tahun pemberdayaan masyarakat & percepatan pembangunan infrastruktur, ketiga (2016) tahap penguatan tahun penguatan pembangunan, keempat (2017) tahap pemantapan tahun peningkatan keadilan pembangunan, dan kelima (2018) tahap keberlanjutan tahun dimana Kabupaten Banyumas yang sejahtera berdaya saing dan berbudaya berdasarkan iman dan taqwa, dan sampai tahun ke tiga telah dilaksanakan sesuai dengan tahapannya.
Contohnya kita telah menetapkan 2015 tahun pemberdayaan masyarakat & percepatan infrastruktur diwujudkan dengan peningkatan anggaran infrastruktur sepuluh kali lipat dari tahun sebelumnya dan telah membangun 58 ruas jalan di Banyumas dengan aspal hotmix dan infrastruktur lainnya, 2016 sebagai penguatan pembangunan yang akan dijalankan dengan 8 program strategis” imbuhnya.
Husein berharap agar penghargaan ini terus dipertahankan dan untuk lebih memotivasi dalam pelaksaanaan tahapan perencanaan pembangunan yang telah ditetapkan " saya berharap penghargaan ini untuk dipertahankan dan terus ditingkatkan juga sebagai motivasi sehingga perencanaan pembangunan kedepan semakin berkualitas”harapnya.(Hms. yon)

Senin, 20 Januari 2014


Kloning dan Masa Depan Manusia



Belakangan ini teknologi dan ilmu pengetahuan dalam berbagai bidang kehidupan manusia berkembang demikian pesat. Perkembangan itu juga terjadi dalam bidang kesehatan dan biologi. Hal itu baik ketika digunakan untuk mendukung kehidupan manusia. Namun perkembangan terjadi demikian pesat hingga manusia membuka dunia baru untuk mengambil kontrol dalam teknik biologis, kloning. Manusia sekarang dapat memanipulasi kehidupan di dalam laboratorium dan membuka gerbang menuju apa yang disebut “a Brave New World”.

Kloning Manusia
Kloning pertama kali mendapat perhatian dunia ketika Joshua Lederberg seorang Nobelis, menulis tentang prospek kloning manusia. Ia mengatakan bahwa dengan kloning manusia dapat mengendalikan reproduksi dan menghasilkan gen superior dan banyak keuntungan lain. Perkataannya ini didasarkan pada keberhasilan percobaan reproduksi aseksual pada kodok.
Kendati demikian, muncul pula banyak pertanyaan mengenai status moral kloning itu. Apakah kloning dapat begitu saja diterima dan diterapkan? Apakah dengan melakukan kontrol atas reproduksi manusia tidak bertentangan dengan nilai-nilai manusiawi? Pertanyaan-pertanyaan tersebut didukung oleh banyaknya perkembangan teknologi dan budaya yang ambigu secara moral. Perkembangan teknologi juga membuat banyak perubahan dalam pemahaman manusia tentang hubungan keluarga. Teknologi memampukan manusia untuk menciptakan banyak bentuk keluarga baru sehingga pemahaman tentang hubungan keluarga yang alami menjadi kacau. 
Ada banyak permasalahan yang timbul. 
• Revolusi seks: seks bebas tidak untuk menghasilkan keturunan. Jika seks tidak untuk menghasilkan keturunan, maka keturunan tidak harus didapat dari hubungan seksual. Pemikiran ini mempertajam pemahaman manusia tentang makna prokreasi dan seksualitas.
• Gerakan feminisime dan hak gay: jika lelaki dan perempuan tidak saling melengkapi dan berpengaruh secara generatif, maka bayi tidak harus hadir melalui persatuan ovum dan sperma. Maka monogami yang diangggap sebagai tempat ideal terjadinya prokreasi tidak akan terlalu dipandang dalam norma budaya kita. Untuk itu, kloning akan menjadi pilihan terakhir: orang tua tunggal. Pemikiran ini mempertajam pemahaman tentang kesetaraan gender.
• Melalui kloning dihasilkan anak yang diinginkan. Ini menguji pemahaman umum bahwa anak yang dilahirkan adalah anak yang diinginkan. Pemikiran semacam ini digunakan untuk menentang aborsi dan kontrasepsi.
• Dengan pemikiran modern dan individualisme manusia berusaha membentuk diri masing-masing: not only as self-made man but also manmade selves. Manusia tidak lagi berpikir bahwa ia semata-mata ditentukan oleh tradisi dan nenek moyangnya.
Teknologi kloning menunjukkan hasrat manusia untuk mengontrol masa depannya lepas bahkan dari kontrol pribadi. Dengan terpesona dan diperbudak oleh teknologi manusia kehilangan keterpesonaannya atas misteri alam dan kehidupan. Dengan bioetika manusia memahami bahwa biologi yang baru ini menyentuh dan menguji hal-hal mendasar tentang kemanusiaan manusia: integritas tubuh, identitas dan individualitas, garis keturunan dan kekeluargaan, kebebasan dan kontrol diri, kasih dan aspirasi dan hubungan dan perjuangan jiwa dan badan. 
Banyak negara telah memberikan tempat bagi para ahli bioetika dalam pemerintahan. Namun sebagian besar dari mereka mengutamakan kegunaan ilmunya daripada untuk sungguh memperjuangkan bioetika itu sendiri. Di sisi lain para saintis tetap sibuk dengan penelitian mereka. Keberhasilan dari setiap percobaan kloning membuka suatu kenyataan bahwa kloning bukanlah lagi suatu angan-angan. Perkembangan itu dengan kemungkinan-kemungkinan (yang dikatakan) baik semakin melunakkan manusia untuk membuka peluang kloning manusia: untuk mengatasi ketidak-suburan dalam menghasilkan keturunan, untuk menghindari penyakit genetis, untuk menggantikan anak yang telah mati. 
Kendati demikian muncul pertanyaan: apakah prokreasi manusia untuk menghasilkan manusia? apakah anak itu dibuat, dipesan atau diperoleh sebagai anugrah? dan apakah kita akan mengatakan “ya” pada desainer Brave New World? Memang negara sekarang berusaha untuk membatasi usaha penelitian kloning manusia. Kendati demikian, kita tidak bisa tidak berkata bahwa kita sekarang dihadapkan pada suatu kesempatan besar untuk masa depan manusia yakni untuk menjadikan manusia semakin bermartabat.

Apa itu Kloning?
Kloning adalah reproduksi aseksual . Untuk melakukan kloning, yang pertama dibutuhkan adalah sebuah sel telur yang matang. Sel telur itu kemudian diambil inti selnya. Inti sel itu kemudian diganti dengan inti sel tubuh dari organisme dewasa yang sejenis. Ketika sel itu mulai berkembang, ia kemudian ditanamkan di rahim. Sel itu akan berkembang di rahim hingga kelahirannya. Individu yang dilahirkan akan menjadi individu yang indentik secara genetis dengan individu donor inti sel. Pada prinsipnya, siapapun dapat dikloning, dan karena sel itu dapat dibekukan, orang bahkan dapat mengklon orang yang sudah meninggal. Kloning bukanlah foto kopi. Ketika ia lahir, ia akan lahir seperti bayi lainnya. Namun ketika dewasa ia akan kembar identik dengan aslinya. 
Keberhasilan kloning pada awalnya 3-4 persen dari sekian banyak percobaan. Untuk memperbesar keberhasilan, dibutuhkan lebih banyak sumber daya (sel telur yang matang dan rahim untuk berkembangnya janin) dan karenanya juga lebih banyak biaya. Kendati demikian menjadi yang pertama untuk mengklon manusia telah mendorong banyak orang berpartisipasi dalam penelitian ini. 
Dalam menghadapi situasi ini, pembela dan pendukung kloning manusia telah mendata beberapa kemungkinan gunanya: menyediakan anak untuk pasangan yang tidak subur, menggantikan orang yang dicintai yang telah mati, menghindari resiko penyakit genetis, memampukan reproduksi untuk orang tua tunggal atau pasangan sejenis, menyediakan sumber gen identik dari organ atau jaringan yang cocok untuk transplantasi, memperoleh anak dengan suatu sifat yang diinginkan walau itu tidak dimiliki oleh orang tua, menggantikan seorang jenius atau tampan, menciptakan sejumlah besar manusia identik yang cocok untuk penelitian atas alam vs nurtur atau untuk pasukan khusus yang berguna dalam keadaan damai maupun perang. Prospek-prospek itu telah memesona banyak orang di seluruh dunia. Karena itu akan sulit untuk menolak kloning.
Prosepek kloning manusia ditolak bukan karena keanehan atau itu merupakan suatu hal baru, tapi karena dalam kloning terjadi penghinaan atas kemanusiaan. Kloning menghadirkan penghinaan atas natura manusia sebagai makhluk prokreatif dan atas relasi sosial yang dibangun atas dasar natura ini. Kloning juga merupakan bentuk radikal dari perlakuan kejam terhadap anak-anak. Tindakan reaktif mungkin bukan suatu argumen, namun itu dibutuhkan ketika hanya itu yang dapat dilakukan untuk melindungi pusat inti dari kemanusiaan.
Konteks untuk Menilai Kloning
Untuk memudahkan pemahaman atas kloning, definisinya harus dibatasi. Dengan mendeskripsikannya kita dapat menjelaskan apa yang dimaksud dengan kloning dengan lebih baik. Pada umumnya, kloning didiskusikan dalam tiga konteks, yakni: sebagai teknologi, para liberal, atau para melioris. Yang pertama kloning dipahami sebagai suatu teknik dalam reproduksi manusia. Dalam hal ini kloning adalah sebuah teknik yang netral. Yang kemudian menentukan etikanya adalah intensi dari subjek kloning. Pendukung kloning yang lain mengatakan bahwa kloning hanya dapat dinilai sejauh bagaimana orang tua membesarkan dan memelihara anak hasil kloning itu.
Kaum liberal melihat kloning dalam konteks hak, kebebasan dan wewenang personal. Hal ini sangat nyata dalam perjuangan kaum feminis atas kebebasan perempuan. Dengan kloning mereka tidak perlu lagi dapat memiliki anak sesuai dengan ketentuan alam (siklus subur dan keharusan berhubungan seksual). Dengan kloning wanita tidak membutuhkan pria.
Sudut pandang melioris merangkul kaum medis dan para ahli genetis. Mereka melihat dalam kloning prospek untuk meningkatkan taraf kemanusiaan dengan kemungkinan untuk menghindari penyakit genetis yang terjadi karena “undian” seks, menghasilkan bayi yang diinginkan, dan dengan rekayasa genetika menghasilkan manusia super. Penilaian moral dari sudut ini diterapkan pada hasil akhir kloning itu. Apakah hasilnya cantik, kuat, atau pintar?
Tiga perspektif ini memiliki dasar argumen dan alasan mereka untuk melakukan pendekatan atas prokreasi manusia. Kendati demikian mereka mengabaikan aspek antropologis, sosial, dan ontologis dari suatu kehidupan baru. Memang kloning memberikan alternatif untuk melangkahi natura manusia (sebagai makhluk yang bertubuh, alami, berkelamin dan melahirkan, serta memiliki hubungan sosial yang khas). Namun ketika sudut pandang ini diterima, penilaian etis kloning akan tereduksi pada masalah motif dan intensi, hak dan kebebasan, keuntungan dan kerugian, atau bahkan makna dan hasil.

Makna Sex
Untuk melihat kloning dalam konteks yang tepat, pendekatan tidak dapat dilakukan dari teknik laboratorium. Pendekatan hendaknya dilakukan dari sudut pandang antropologis, entah yang natural maupun sosial, dari reproduksi. Reproduksi seksual, yakni terciptanya hidup dari dua elemen yang saling melengkapi: satu wanita, satu pria, melalui sanggama terjadi bukan karena kehendak manusia, budaya atau tradisi, tapi secara alami. Demikianlah reproduksi alami mamalia. Secara alami, tiap anak memiliki dua orang tua alami. Tiap anak berasal dan bersatu dari dua garis keturunan. Pada keturunan alami, terjadi pengombinasian genetik dari kedua sumber tersebut yang ditentukan oleh alam dan kemungkinan-kemungkinan, bukan dari kehendak manusia. Karena itu tiap anak berkaitan dengan kedua orang tua dan sekaligus keunikan secara genetis.
Kebenaran biologis tentang asal-usul kita menjelaskan kebenaran yang mendalam tentang identitas dan kemanusiaan. Tiap manusia adalah sekaligus manusia, sekaligus istimewa, dan sekaligus khas sejak kelahiran hingga mati. Keunikan itu misalnya dapat dilihat pada sidik jadi dan sistem kekebalan tubuh. Bukti-bukti ini tidak dapat dibantah sebagai kekhasan karakter manusia.
Dalam masyarakat manusia membesarkan anak dalam keluarga dan hubungan kekerabatan. Di dalamnya ada cara-cara yang khas untuk mengungkapkan kasih di mana anak tidak hanya dilahirkan melainkan dirawat dengan baik dan bertanggung-jawab. Karena itu adalah salah jika mengatakan fenomena alamiah ini sebagai fakta sosial belaka yang dihasilkan oleh konstruksi sosial. Tidak ada kekerabatan tanpa dasar alamiah dan tidak ada identitas tanpa kekerabatan. Reproduksi seksual bukanlah metode reproduksi tradisional, melainkan inilah yang alamiah dan bermakna mendalam bagi hidup manusia. 
Beda halnya dengan kloning sebagai reproduksi aseksual yang menghasilkan orang tua tunggal dan tidak alami. Reproduksi semacam ini mengakibatkan kerancuan dalam hubungan kekerabatan dan moral yang mengikutinya. Terlebih lagi ketika keturunan yang dihasilkan merupakan klon orang dewasa. Dengan demikian kloning dapat diserang dari tiga sisi:
1. Kloning menyebabkan ketidak-jelasan identitas pada individu yang dihasilkan.
2. Kloning menggeser makna prokreasi pada reproduksi, di mana anak tidak dihasilkan dari proses alami melainkan melalui teknologi dan kehendak manusia. Anak diproduksi sebagai barang, produk dari kehendak dan desain manusia.
3. Kloning, seperti teknik rekayasa genetis mutakhir lainnya, menunjukkan kesewenang-wenangan pengklon terhadap hasil klonnya karena telah melakukan perkosaan terang-terangan terhadap makna relasi orang tua-anak; di mana ketika seseorang memutuskan memiliki anak, maka ia mengatakan “ya” atas keterbatasannya dan anak sebagai penerusnya. 
Keberatan etis yang terakhir menyangkut serangkaian pertanyaan: Apakah sungguh reproduksi seksual merupakan suatu yang alami? Bagaimana jika yang alami merupakan reproduksi aseksual, yakni yang dikehendaki alam dan dicapai dengan kemampuan teknologi manusia? Bukankah teknologi baru ini menjanjikan banyak keuntungan?
Pertanyaan-pertanyaan tersebut mengarahkan pada permenungan makna ontologis reproduksi seksual. Reproduksi seksual itu terjadi pada makhluk hidup tingkat tinggi sedangkan reproduksi aseksual terjadi pada makhluk hidup tingkat rendah. Karena itu tidak mungkin reproduksi aseksual menjadi suatu yang alami pada manusia. Selain itu dengan seksualitas dan peleburan sel gamet jantan dan betina, terjadi suatu kebaruan dalam keturunan. Hanya hewan yang seksual dapat mencari dan menemukan pemenuhan dirinya dalam makhluk lain untuk tujuan transendensi dirinya. Untuk makhluk aseksual, dunia tidak lebih dari lian yang indiferen dan homogen, yang dapat dimakan, dan berbahaya. Seksualitas mengakibatkan relasi antar makhluk menjadi khas dan saling melengkapi. Dalam seksualitas juga terkandung relasi sosial. Ketertarikan yang menyertai seksualitas merupakan bukti bahwa ada hasrat untuk bersatu antara jantan dan betina. 
Energi seksualitas pada dasarnya berakar pada ketakutan akan kematian. Reproduksi aseksual pada awalnya mungkin merupakan usaha untuk mengatasi kematian. Ketika suatu organisme membelah diri, ia tidak mati. Cara semacam itu menunjukkan ketidak-abadian dan usaha menyediakan pengganti, sedangkan mereka yang melakukan reproduksi seksual akan segera mati setelah menghasilkan keturunan. Ikan Salmon menyajikan kisah pengalaman nyata mengenai hal ini. Mereka berenang ke hulu untuk bertelur, berketurunan dan mati.
Hanya manusia dapat memahami peristiwa ini. Dengan kisah di taman Firdaus ditunjukkan bahwa manusia memahami kemanusiaannya bertautan dengan kesadaran seksualnya, dengan penerimaan ketelanjangan seksual dan implikasinya: rasa malu pada ketidak-sempurnaan, ketidak-patuhan atas keterbatasan diri, hasrat akan keabadian, harapan akan kemungkinan transendensi diri pada anak dan relasi dengan yang ilahi. Dalam makhluk seksual, hasrat seksual dapat menjadi eros, nafsu dapat menjadi cinta. Hasrat seksual merupakan sublimasi dari keinginan manusia akan keutuhan, kepenuhan, dan keabadian.
Anak merupakan hasil dari kesatuan seksual orang tua. Kedua orang tua bersatu dengan kehadiran anak tidak hanya dalam kesatuan genetis, melainkan dalam membesarkan anak. Dengan demikian mereka mempersiapkan kematian mereka. Anak tidak hanya membawa warisan genetis namun juga nama, cara hidup dan harapan bahwa ia akan melampaui kebaikan dan kebahagiaan orang tua. Anak menjadi pemenuhan akan kemungkinan transendensi manusia. Dualitas gender dan seksualitas manusia pada akhirnya memperlihatkan gambaran gambaran keterbatasan manusia. 
Dengan menerima reproduksi aseksual dan menolak hubungan natural manusia, berarti menolak juga arti mendalam relasi pria dan wanita, nama, dan kerinduan erotis manusia. Eros manusia adalah persatuan dua aspirasi yang berbeda dalam satu tubuh yakni penghargaan akan keabadian dan pemenuhan diri dan penolakan atas sesuatu yang mengungkapkan batasan, yang menjadi arah perjuangan hidup manusia. Ringkasnya prokreasi bukan aktifitas sederhana dari kegiatan kehendak rasio manusia. Prokreasi merupakan ungkapan total fisik, erotisitas, dan bahkan jiwa serta rasio manusia. Di dalamnya terungkap misteri yang bersatu dengan kenikmatan seks, kerinduan samar untuk bersatu, dan komunikasi. Pada kedalamannya seksualitas mengungkapkan kerinduan manusia berketuruan di mana manusia meneruskan kehidupan dan berpartisipasi dalam pembaruan kehadirannya. Dengan menerima reproduksi aseksual, manusia memotong prokreasi dari seks. 

Keberatan atas Kloning
Keberatan pertama: setiap usaha mengkloning manusia merupakan tindakan tidak beretika. Hal ini didukung oleh rendahnya keberhasilan dari percobaan kloning (3-4 persen). Sedangkan yang berhasil tidak luput dari cacat fisik dan ketahanan hidupnya sangat rendah. Sapi kloning kerap kali bermasalah pada hati dan paru-paru. Kloning tikus menghasilkan penyakit kegemukan dan yang lainnya gagal mencapai perkembangan normal. Menurut para ilmuwan, hal ini berakar pada fakta bahwa inti sel yang baru harus beradaptasi dalam sel di mana ia ditanamkan. Dalam fase tersebut ada kemungkinan kesalahan menerjemahkan informasi genetis sehingga menimbulkan cacat. Dengan demikian hasil kloning tidak dapat dijadikan sumber sel punca yang baik. Hampir semua ilmuwan mengatakan bahwa resiko kloning manusia jauh lebih besar dari kemungkinan untuk berhasil. Apakah hasil yang cacat akan ditolak, atau dimusnahkan? Kloning manusia tidak dapat dikerjakan dengan mudah secara etis.
Keberatan kedua: kloning manusia menimbulkan masalah serius berkenaan dengan identitas dan individualitas manusia. Hasil kloning akan sulit ditentukan identitasnya karena ia merupakan kembaran dari ayah atau ibunya (jika dapat disebut demikian). Bagaimana dapat ditentukan relasi mereka? Tentu relasi semacam ini tidak dapat disamakan dengan relasi orang tua dengan anak hasil reproduksi seksual. 
Kondisi menjadi berbeda lagi jika yang diklon adalah bayi. Mereka mungkin akan besar bersama dan menjadi kembar identik. Kendati demikian ia tentu akan terbebani oleh aslinya karena orang akan membandingkan dengan aslinya, khususnya jika ia merupakan klon dari seorang berbakat atau terkenal. Harapan orang tua menjadi beban lain. Setiap anak tentunya membawa dalam dirinya harapan orang tua. Dalam diri hasil kloning, ia membawa harapan pengklonnya. Ketika ia tidak menjadi seperti apa yang diinginkan mungkin orang akan bertanya: bagaimana bisa kamu nggak seperti yang aslinya, nggak seperti yang kami harapkan?
Keberatan yang ketiga: kloning manusia menunjukkan suatu perubahan besar dari memperanak menjadi membuat, dari prokreasi manjadi menghasilkan . Dengan kloning, tidak hanya proses yang dilakukan dengan tangan, manusia juga dapat mempersiapkan, menyeleksi, dan menentukan struktur genetis hasilnya. Dengan demikian manusia membuat dirinya sama seperti barang lain buatan manusia. Memperanakkan dengan demikian sama saja dengan “membuat”. Kehadiran manusia tidak terjadi dalam totalitas dirinya seperti dalam reproduksi seksual, melainkan berdasarkan intensi dan rancangannya. Masalahnya bukan pada intervensi teknik atau bahwa alam mengetahui yang terbaik. Masalahnya adalah bahwa sebaik apapun barang buatan manusia tidak dapat menjadi sempurna. 
Ketika prokreasi dijadikan manufaktur, tidak dapat dielakkan lagi pembuatan bayi akan beralih pada komersialisasi. Perusahaan genetis dan reproduksi bioteknologi merupakan industri yang sedang berkembang sekarang, namun dengan terselesaikannya Proyek Pendataan Gen Manusia industri itu segera akan meluas. Sekarang, penjualan sel telur manusia merupakan bisnis yang besar di belakang alasan donasi. Satu sel telur bisa dihargai hingga $50.000. Tentu banyak orang akan tertarik untuk bergabung dengan proyek ini dan mereka tidak sadar telah dimanfaatkan.
Terakhir, ketika suatu pasangan secara normal memilih prokreasi, mereka tidak hanya mengatakan ”ya” pada keturunan melainkan juga penerimaan atas keterbatasannya dalam kontrol atas kehidupan. Karena itu anak sebagai keturunan bukanlah sekedar barang milik namun mereka adalah diri mereka sendiri. Banyak orang tua berusaha menjadikan anak seperti yang diinginkan. Itu menghasilkan banyak ketidak-bahagiaan. Hal itu bertentangan dengan kekhasan yang anak sebagai pribadi. Kloning menjanjikan anak seperti yang diinginkan. Ketika seseorang mengalami ketidak-bahagiaan karena kekurangannya, ia tidak dapat menyalahkan orang tua, karena ia bukan semata hasil orang tua. Namun dengan kloning, orang dapat menyalahkan pengklonnya, dan menuntut tanggung jawab atas dirinya.

Menanggapi Keberatan-keberatan
Para pendukung kloning menganggap diri sebagai pendukung kebebasan: kebebasan individu untuk mereproduksi, kebebasan ilmuwan dan penemu untuk memajukan ilmu dan teknik genetika, kebebasan para pengusaha untuk memperoleh keuntungan di pasar. Pada titik tertentu mereka menginginkan kloning hanya untuk hewan, tapi mereka berharap dapat menjadikan kloning sebagai pilihan manusia untuk memiliki anak dengan gen yang diinginkan. Mereka mengatakan bahwa manusia telah melakukan banyak bentuk reproduksi dengan rekayasa genetika dan karena itu kloning bukanlah masalah besar. 
Para pendukung kebebasan ini menyuarakan diaturnya hak untuk mereproduksi. Hak ini diusahakan untuk menjamin kebebasan setiap orang untuk bereproduksi. Kendati demikian tidak diberikan batasan yang jelas tentang hak ini. Itu menimbulkan pertanyaan apakah hak ini untuk semua orang atau khusus pasangan tertentu? Jika untuk semua orang cara apa sajakah yang dapat digunakan? Pada akhirnya kiranya dapat dilihat bahwa kelompok ini hendak mengusahakan agar setiap orang dapat melakukan reproduksi bagaimanapun caranya secara legal berdasarkan hak yang diatur undang-undang. Kloning menurut mereka hanya sebagian kecil dari hak itu. 
Kendati kecil kloning menawarkan suatu kemungkinan yang sangat menarik. Dengan prinsipnya kloning dapat dilakukan oleh setiap orang dan hasil akhirnya dapat direncanakan. Karena itu orang dapat membuat keturunan “yang baik” seperti yang diinginkan. Hal ini terutama tentunya sangat menarik bagi pasangan yang tidak berketurunan. Namun untuk mencapai tujuan itu, reproduksi manusia harus dilakukan di laboratorium, di mana calon anak dibuahi, dipelihara, dipangkas, disiangi, diamati, diperiksa, didorong, disuntuk, diuji, dinilai, disetujui, dicap, dibungkus, dan didistribusikan. Tidak ada cara lain untuk membuat bayi yang sempurna.

Larangan Kloning Manusia
Dari pemaparan tersebut kiranya jelas bahwa kloning manusia in se tidak etis. Karena itu kloning manusia ditentang. Hal ini dapat dilakukan dengan melakukan larangan global pelaksanaan kloning. Itu dimulai dengan adanya larangan nasional. Memang larangan secara hukum dapat dilanggar, namun itu kiranya dapat mengurangi kemungkinan pelaksanaan kloning manusia. Dapat juga diberlakukan sangsi yang berat entah itu secara pidana maupun denda uang bagi mereka yang berusaha membantu pelaksanaan kloning. 
Larangan semacam itu tentunya tidak merugikan kemajuan ilmu dan teknologi genetika. Larangan semacam itu malah dapat meyakinkan bahwa para saintis bahagia melanjutkan penelitian tanpa merugikan norma-norma etis yang terdalam menyangkut kemanusiaan. Untuk mencapai hasil yang optimal, dibutuhkan suatu larangan yang bijaksana dan tegas.
Larangan yang dimaksud adalah larangan untuk melakukan kloning manusia secara menyeluruh entah itu reproduksi maupun untuk menyediakan embrio untuk sumber sel punca, untuk penelitian, ataupun untuk terapi. Kloning manusia untuk riset memang menjanjikan keuntungan dan guna, khususnya untuk terapi. Untuk membuktikan atau memperoleh hasil itu, harus melalui eksploitasi dan penghancuran embrio klon. Hal itu menunjukkan ketidak-hormatan mendalam akan hidup. Seseorang yang serius menolak kloning, harus menolak kloning sejak awalnya.

Kebutuhan untuk Berhati-hati
Embrio klon juga dinyatakan dapat menjadi sumber sel punca embrionik. Hal itu dinyatakan baik karena memiliki gen identik dengan pasien yang akan diterapi sehingga tidak menimbulkan reaksi dari sistem kekebalan tubuh. Kendati demikian penelitian terbaru menyatakan bahwa sel punca tersebut tetap dapat mengakibatkan penolakan jika sel telur yang digunakan juga tidak berasal dari pasien. Di dalam mitokondria sel telur juga terdapat sedikit bagian DNA yang berbeda yang dapat mengakibatkan penolakan pada sistem kekebalan tubuh. Selain itu dari percobaan pada tikus, sel punca yang didapat dari embrio dapat menjadi liar dan menghasilkan kanker. Penelitian selanjutnya menyatakan bahwa sel punca tidak harus diperoleh dari embrio. Sel punca dapat diperoleh dari sum-sum tulang belakang, otak, pancreas, dan lemak pasien. Sel tersebut lebih aman karena jelas berasal dari pasien sendiri dan itu identik dengan gen pasien. 
Banyak keuntungan yang didapat tanpa menggunakan embrio klon. Selain telah dijelaskan menghindari resiko penolakan, biaya penelitian juga dikurangi karena tidak membutuhkan donor sel telur. Dengan penelitian itu para saintis juga tidak perlu dierepotkan dengan isu-isu hukum dan moral dalam penelitiannya.
Akhirnya kloning telah menghadapkan manusia pada sebuah kesempatan emas untuk melakukan kontrol teknologis atas hidupnya. Namun adalah patut untuk direnungkan apakah manusia harus menjadi budak dari teknologinya dan akhirnya menjadi barang belaka? Apakah itu akan membebaskan manusia dan membawa pada peningkatan martabat manusia? Perkembangan teknologi menghadapkan manusia pada sebuah pintu menuju a Brave New World.

Sabtu, 20 Oktober 2012

Hidup Anda Luar Biasa

Dodo Susanto pernah mengatakan dalam salah satu bukunya bahwa berpikir sebetulnya adalah proses bertanya dan menjawab pertanyaan-pertanyaan. Beliau kemudian menambahkan bahwa orang-orang yang sukses adalah mereka yang selalu bertanya pada dirinya sendiri.
Berikut adalah 101 pertanyaan untuk membuat hidup anda luar biasa :


1. Apa yang saya inginkan?
2. Untuk hal-hal apa saja saya berterima kasih?
3. Apakah yang hilang dalam hidup saya?
4. Apakah saya melihat hal-hal baru di dunia ini setiap hari?
5. Apakah saya menyediakan sedikit waktu untuk mendengarkan orang lain?
6. Apakah saya cukup bersenang-senang?
7. Bagaimana saya menjadikan hidup ini lebih ceria?
8. Apa yang saya inginkan lebih dalam hidup?
9. Apa yang tidak terlalu saya inginkan dalam hidup?
10. Apakah saya selalu mencari peluang-peluang?
11. Apakah saya menangkap peluang-peluang yang ada?
12. Apakah saya mempunyai pikiran yang terbuka?
13. Apakah saya cukup fleksibel?
14. Apakah saya cepat menghakimi orang lain?
15. Apakah saya selalu memperhitungkan resiko?
16. Apakah saya tulus memuji orang lain?
17. Apakah saya menghargai apa yang orang lain lakukan untuk saya?
18. Ke tempat mana sajakah saya ingin pergi?
19. Siapa sajakah orang yang ingin saya jumpai?
20. Petualangan apa sajakah yang ingin saya ikuti?
21. Apakah saya peduli dengan apa yang orang lain pikirkan tentang saya?
22. Apakah saya cepat tersinggung?
23. Apakah yang membuat saya bahagia?
24. Adakah hal yang saya tunda?
25. Apakah saya selalu memikirkan diri sendiri?
26. Apakah saya suka menyimpan dendam?
27. Apakah saya selalu mengingat-ngingat masa lalu?
28. Apakah saya membiarkan pikiran negatif orang lain mempengaruhi saya?
29. Apakah saya bisa memaafkan diri sendiri?
30. Apakah saya cukup sering tersenyum?
31. Apakah saya cukup sering tertawa?
32. Apakah saya mengelilingi diri saya dengan orang-orang positif?
33. Apakah saya orang yang positif?
34. Apakah saya menyediakan cukup waktu untuk merawat diri?
35. Apakah ambisi rahasia saya?
36. Apakah yang ingin orang-orang ingat tentang saya di akhir hidup nanti?
37. Apakah arti sukses untuk saya?
38. Bagaimana saya dapat memberi arti bagi hidup orang lain?
39. Bagaimana saya dapat melayani sesama?
40. Hal apakah yang dapat saya lakukan lebih baik dibandingkan orang lain?
41. Apakah 3 kekuatan terbesar saya?
42. Apakah saya bergerak menuju ke pencapaian mimpi-mimpi saya?
43. Apakah saya menceritakan pada orang lain apa yang sungguh-sungguh saya inginkan dalam hidup?
44. Seperti apakah rupa hari yang indah menurut saya?
45. Ingin seperti apakah anda 1 tahun lagi? 5 tahun lagi? 10 tahun lagi? 20 tahun lagi?
46. Seperti apakah bentuk lingkungan untuk hidup yang baik menurut saya?
47. Apakah yang ingin saya perbuat jika saya tidak mempunyai rasa takut?
48. Apakah yang ingin saya perbuat jika uang bukanlah hal yang penting?
49. Alasan-alasan apa sajakah yang sering saya ucapkan?
50. Apakah saya menikmati apa yang saya lakukan sehari-hari?
51. Apakah saya berada di jalan yang benar?
52. Apakah saya meyayangi diri sendiri?
53. Apakah saya baik pada orang lain?
54. Apakah saya mengambil sesuatu tanpa imbalan?
55. Apakah saya sedang melakukan hal yang paling penting saat ini?
56. Apakah ada hal-hal dalam hidup yang perlu saya beri perhatian lebih?
57. Apakah saya sudah menggunakan waktu saya dengan sebaik-baiknya?
58. Apakah yang bisa saya lakukan saat ini yang dapat membuat perbedaan terbesar dalam hidup?
59. Apakah yang sedang saya hindari?
60. Hal-hal apa sajakah yang saya bisa bertoleransi?
61. Apakah saya membuat tujuan-tujuan yang jelas dengan batas waktu pencapaiannya?
62. Apakah saya memegang janji-janji yang telah saya buat pada diri sendiri?
63. Apakah saya memegang janji-janji yang telah saya buat pada orang lain?
64. Jika saya ingin kehidupan saya sempurna, apakah yang harus saya rubah?
65. Apakah yang sedang saya cari sungguh-sungguh saat ini?
66. Bagaimana saya membuat hidup saya lebih sederhana?
67. Kegiatan apa saja yang saya lakukan tetapi saya tidak menikmatinya? Apakah kegiatan tersebut sungguh-sungguh harus dilakukan? Dapatkan saya mendelegasikannya atau membayar orang lain untuk melakukan itu?
68. Apakah saya melihat diri saya sebagai seorang yang cukup kreatif?
69. Apakah saya membiarkan diri saya untuk menjadi orang yang kreatif?
70. Dapatkah saya menjadi seseorang yang spontan?
71. Apakah saya terlalu kritis pada diri sendiri?
72. Apakah saya terlalu kritis pada orang lain?
73. Apakah saya dapat melihat permasalahan dari sudut pandang yang berbeda?
74. Hal-hal apa sajakah yang telah saya selesaikan?
75. Hal-hal apa sajakah yang menjadi sumber stress dalam hidup?
76. Bagaimana saya dapat mengurangi stress dalam hidup?
77. Kemana sajakah uang saya dipergunakan?
78. Bisakah saya mengelola keuangan saya?
79. Punyakah saya rencana keuangan untuk masa depan?
80. Untuk apa sajakah waktu saya dipergunakan?
81. Sudahkah saya membuat sistim pengelolaan waktu yang efisien?
82. Apakah 3 prioritas terbesar saya dalam hidup?
83. Siapakah orang terpenting dalam hidup saya?
84. Siapakah yang mencintai saya?
85. Siapakah yang peduli kepada saya?
86. Untuk siapakah anda bekerja keras?
87. Apakah tempat tinggal dan lingkungan kerja saya telah diatur sedemikian rupa sehingga memberi kenyamanan pada saya?
88. Apakah saya mempunyai pola hidup yang sehat?
89. Apakah saya sering terbawa emosi?
90. Apakah saya dapat melupakan kesalahan-kesalahan yang telah saya buat di masa lalu?
91. Apakah saya mengijinkan diri saya untuk melakukan kegagalan?
92. Apakah saya mempelajari kegagalan-kegagalan saya?
93. Apakah saya cepat menanggapi ketika sesuatu berjalan tidak semestinya?
94. Apakah keyakinan-keyakinan saya telah bekerja dengan baik?
95. Apakah saya melonggarkan aturan-aturan yang telah saya buat untuk diri sendiri dan orang lain?
96. Apakah impian masa kecil saya yang terlupakan?
97. Siapa sajakah idola/tokoh yang saya tiru?
98. Apakah saya asli? Apakah saya menjadi diri saya sendiri atau sedang mencoba menjadi seseorang yang lain?
99. Bagaimana jika …?
100. Mengapa tidak …?
101. Bagaimana saya dapat …?
Pertanyaan manakah yang membuat anda paling tersentuh?

Kesuksesan atau Hidup Bahagia

Kenapa kita sering mengalami kesulitan dalam meraih Tujuan Hidup 


(Kesuksesan atau Hidup Bahagia)?.

Untuk menemukan jawabannya :
1. Kita harus mempunyai kemauan/ niat untuk MENGETAHUI kekurangan dan kelebihan diri kita lalu MENGAKUI dan MEMPERBAIKI/MENINGKATKANNYA.
2. Kita harus tahu dulu apa penyebabnya. Tetapi umumnya penyebab tsb tidak disadari atau tidak mau diakui oleh diri kita, padahal ini dapat dilihat dari ucapan atau tindakannya. Jadi kita harus berani jujur kepada diri sendiri, Sehingga kita dapat lebih mudah untuk mengerti dan menemukan jalan keluarnya.
Dasar yang harus disadari :
1. “Musuh yang paling sulit ditaklukan adalah diri sendiri”
2. “Kegagalan/ Masalah/ Kesuksesan, 90% disebabkan oleh diri sendiri”
3. “Kita harus siap menerima dan menghadapi segala situasi dengan ketenangan diri”
Menaklukan diri sendiri dengan membuat “PERATURAN” dan kita harus menghilangkan Kesombongan, Keserakahan Diri, serta rasa takut sehingga kita bisa tahu, apa tanggung jawab yang harus kita lakukan dengan Benar dan Tepat. Peraturan tsb harus dijalani dengan ketenangan dan rasa gembira tanpa terpaksa serta tidak boleh ditunda dengan alasan apapun.


Penyebab utamanya
1. Dalam menjalani hidup, kita selalu berpedoman kepada reaksi diri kita yang mengharapkan agar Keinginan Diri yang umumnya didasari oleh nafsu,harga diri, keserakahan dan kesombongan diri, harus dapat terlaksana.
Seperti kita selalu ingin dilayani, diperhatikan, serta semua keinginan diri kita ingin dituruti oleh setiap orang karena merasa diri kita selalu benar/ lebih pintar/ lebih sukses/ lebih tinggi derajatnya dibidang pendidikan dan agama, tidak boleh harga dirinya tersinggung walaupun keliru. (umumnya tidak mau diakui/ disadari)
Semakin kita berpedoman seperti diatas, kita akan semakin menderita dan tertekan serta kita tidak akan dapat hidup bahagia.
a. Cara pandang kita yang selalu menyatakan (walaupun sering tidak mau diakui) bahwa kebenaran bersumber dari diri kita, lebih pintar/ lebih sukses/ lebih tinggi derajatnya dibidang pendidikan dan agama (rasa sombong) sehingga selalu mengharapkan keinginan diri kita harus selalu terpenuhi atau terlaksana atau diterima orang lain. Dan pendapat/saran/tindakan/ucapan kita selalu benar.
è Jalan keluarnya : Dalam menjalani hidup, kita harus berpedoman kepada kenginan diri yang didasari Ketulusan dan Tanpa Pamrih, sehingga kita selalu ingin melayani orang lain dengan rasa senang dan tanpa beban.
è Kita harus menyadari bahwa setiap manusia memiliki kelebihan dan kekurangan tanpa memandang kesuksesan, gelar pendidikan, gelar agama, status jabatan, dll. Hidup adalah proses belajar yang terus menerus, sadari tanpa mau belajar kita akan merasa seperti katak dalam tempurung, kita merasa lebih tahu mengenai agama, lebih hebat, lebih pintar, lebih sukses dll.
“Semakin kita belajar menambah pengetahuan, semakin kita menyadari bahwa diri kita masih bodoh”.
è Dalam menerima pendapat/pandangan atau menilai ucapan/tindakan orang lain, KITA HARUS MENGERTI dulu dengan mendengarkan dan bertanya apa maksud dan tujuan dari ucapan/tindakan orang tsb dan mencari tahu apa dasar yang membuat orang tsb melakukan hal tsb, dengan menempatkan diri kita dalam posisi orang tsb dan berpikir melalu cara pandang orang tsb. Dimana selanjutnya kita akan terbiasa didalam memberikan penilaian dan memberikan saran ,selalu melihat dan berpikir melalui semua sudut pandang dan memiliki dasar yang benar, tepat, bijaksana dan bertanggung jawab.
b. Selalu membela mati-matian harga diri kita walaupun kadang kenyataannya menunjukkan kita keliru.
è Jalan keluarnya, Kita harus berani mengakui kekeliruan yang telah kita lakukan tanpa berpedoman dengan harga diri dan selalu dilanjutkan dengan melakukan pembelajaran diri dan koreksi diri.
c. Cara pandang kita yang selalu menyatakan (walaupun sering tidak mau diakui) bahwa orang yang memiliki status ekonomi yang sukses atau memiliki gelar di bidang pendidikan/ agama/jabatan, ucapan dan tindakannya selalu benar, baik dan tepat sehingga akan membuat JARAK antara mereka dan diri kita.
Juga jarak tsb selalu dibuat oleh mereka, untuk menunjukkan kehebatan dan wibawa dirinya dengan dasar yang tidak tepat/bijaksana yaitu harga diri dan rasa sombong. (Ini juga, selalu tidak mau diakui/disadari).
Dan kita akan terbawa oleh kebiasaan buruk tsb dan berpikir bahwa Mereka orang hebat/pintar sedangkan diri kita orang bodoh. Ini membuat Kita akan takut, malu dan ragu untuk bertanya walaupun ada yang, kita tidak mengerti apa arti dan makna dari setiap ucapan/tindakannya, dimana selanjutnya kita hanya berusaha untuk mengerti/ mengartikan sesuai dengan pengetahuan yang kita miliki. Kita tidak mempunyai niat untuk mengetahui apakah mereka itu,selalu memberikan contoh teladan yang benar dan bertanggung jawab atau tidak serta apakah ucapan dan tindakannya sesuai dan selalu memiliki dasar yang bijaksana atau tidak.
è Jalan keluarnya, kita harus menyadari bahwa setiap manusia memiliki kelebihan dan kekurangan tanpa memandang kesuksesan, gelar pendidikan, gelar agama, status jabatan, dll.
è cari dan bangga dengan pemimpin yang bijaksana, dimana ciri cirinya adalah mereka yang bijaksana, tidak akan mempunyai rasa sombong dan membuat jarak dengan yang dibawah. Selalu memberikan contoh teladan dalam ucapan dan tindakannya. Dan mau menerima pendapat orang lain serta selalu mau belajar menambah pengetahuan untuk melakukan koreksi diri karena tidak ada manusia yang sempurna.
2. Reaksi diri Kita yang selalu takut, ragu, tidak percaya diri dalam menghadapi hidup ini/ dalam berusaha sehingga kita selalu menghindar dengan berbagai alasan karena kita selalu berpikiran bahwa diri kita tidak mempunyai kemampuan dan hanya akan mendapat kegagalan.
è Jalan keluarnya, kita harus memiliki ketenangan diri dan keberanian yang bertanggung jawab dengan hadapi dan jangan menghindar (dengan berbagai macam alasan) apapun yang terjadi, jalani hidup ini dengan semangat pantang menyerah, kerja keras yang dilakukan dengan rasa senang dan suka, serta penuh inisiatif, kreatif, mandiri.
3. Reaksi diri Kita yang tidak pernah mau menerima apapun hasil usaha/ keadaan diri/ kenyataan yang ada dengan rasa ikhlas dan syukur yang tulus serta tidak mau konsekuen menerima semua akibat yang ada, karena kita selalu mengharapkan hasilnya harus sesuai dengan keinginan diri, sehingga kita selalu marah/kecewa dengan keadaan tsb dan selalu menyalahkan diri/ orang lain/ keadaan.
è Jalan keluarnya,
a. Dalam melakukan apapun juga/ dalam berusaha yang dilakukan dengan kerja keras, kita tidak boleh mengharapkan hasil atau memikirkan hasil, tetapi menerima apapun hasilnya dengan rasa ikhlas dan syukur serta konsekuen menerima semua akibat yang terjadi.
b. Selalu menambah pengetahuan, untuk melakukan pembelajaran diri dan koreksi diri. Sehingga kita akan terbiasa untuk mengatasi masalah dengan mencari penyebab utamanya dalam menemukan jalan keluar yang terbaik bukan untuk mencari kesalahan orang lain/ diri sendiri/ keadaan. Dan kita tidak akan sombong dengan kesuksesan tetapi terus meningkatkan kesuksesan tsb dengan dasar yang bertanggung jawab.
c. “Kehidupan , bukanlah untuk dilayani tapi melayani dan hanya jiwa yang bersyukur & ikhlas yang bisa memberikan pelayanan tsb”
4. Dalam menjalani hidup/ mengerjakan apapun juga, kita sering tidak memiliki Tujuan yang jelas, benar dan bertanggung jawab. Sehingga hidup kita tanpa arah dan tidak tahu untuk apa kita hidup atau apa manfaat dari usaha yang kita lakukan.
è Jalan keluarnya, karena “Kegagalan manusia lebih sering disebabkan karena ketiadaan tujuan yang jelas dibandingkan ketiadaan kemampuan”.
Jadi tanpa adanya tujuan yang jelas, kita tidak mempunyai pedoman dan arah mana yang akan kita ambil, sehingga kita tidak mungkin akan mendapatkan kesuksesan, tetapi hanya akan mendapat masalah dan kegagalan serta membuat diri kita tertekan dan terbebani.
Dalam meraih tujuan utama, harus dilakukan bertahap dengan berpedoman kepada tujuan apa yang kita bayangkan, dapat kita raih dengan realistis. Tahap demi tahap hingga tujuan utama tercapai.
5. Dalam menjalani hidup, kita sering tidak menyadari apa bakat atau keterampilan yang paling kita kuasai, serta tidak mempunyai niat untuk melatih diri agar memiliki ketrampilan tertentu yang harus kita kuasai.
è Jalan keluarnya,
a. Kenalilah bakatmu atau keterampilan yang paling kau kuasai. “Dalam pertempuran, kita harus mengunakan senjata yang paling kita kuasai, Dalam berusaha, kita harus menggunakan keterampilan yang paling kita kuasai”, karena tanpa keterampilan yang paling kita kuasai, maka usaha kita akan banyak menemui masalah/ kesulitan bahkan kegagalan.
b. Ketrampilan bisa tercapai walaupun tidak ada bakat, hanya dengan ketekunan, semangat pantang menyerah, selalu melakukan pembelajaran diri dan koreksi diri, setia dan mencintai usaha tsb walaupun melelahkan dan dijalani dengan rasa ikhlas dan syukur dari curahan jiwa dan raga.
6. Dalam menjalani hidup, karena tidak memiliki rasa ikhlas dan syukur yang tulus, mengakibatkan, kita sering melakukan apapun juga dengan TERPAKSA dan membuat diri menjadi terbebani. Umumnya karena keinginan diri kita tidak terpenuhi/ tidak sesuai keinginan kita. Dan hasilnya adalah kegagalan.
è Jalan keluarnya,
a. Apapun yang kita kerjakan harus dilakukan dangan suka dan senang karena kita harus selalu berpedoman kepada tujuan utama hidup dan kenyataan hidup/keadaan diri yang ada bukan berdasarkan keinginan diri kita, apalagi keinginan yang tidak memiliki dasar yang bijaksana dan bertanggung jawab.
b. Menerima semua hasil denga ikhlas dan syukur serta menerima semua akibat dengan konsekuen.
c. Dalam mengerjakan apapun juga atau dalam menyelesaikan masalah, jangan sampai UCAPAN, TINDAKAN, PIKIRAN, PERASAAN kita, membuat diri kita mendapat tekanan dan membebani diri.
Karena bila diri kita tertekan, akan membuat mental kita terbebani dan berakibat kekuatan fisik kita akan lebih cepat berkurang. Dimana mimik muka kita umumnya tegang dan serius serta emosi tidak dapat dikendalikan.
Dengan fisik dan mental yang drop, membuat kita akan kesulitan untuk berkonsentrasi dan tidak dapat membuat keputusan atau jalan keluar dengan benar, tepat dan bertanggung jawab. Dan selanjutnya masalah baru akan muncul.
Jadi jalan keluarnya adalah dalam segala situasi dan tekanan yang ada, kita harus tetap tenang dan tersenyum.

Jumat, 19 Oktober 2012

MENDEM JERO MIKUL DHUWUR

                                               Sabda Pandita Ratu




Ini tentang menerapkan jurisprudensi dalam politik di dunia kerja. Jurisprudensi sendiri merupakan istilah hukum dimana putusan - putusan yang diputuskan dalam pengadilan dan dinilai kuat sehingga dianggap sama kekuatannya dengan undang – undang. Melalui tulisan ini, aku mencoba menganalogikan keberadaan jurisprudensi di dalam dunia kerja demi tercapainya profesionalism satisfaction.

Jurisprudensi dalam dunia kerja aku asumsikan sebagai pernyataan personal yang mampu dijadikan sebagai acuan kinerja orang lain. Namun yang perlu digaris bawahi di sini adalah fungsinya yang bukan bagian dari absolutisme karena tujuan utamanya adalah untuk kepuasan profesionalisme. Kepuasan profesionalisme sendiri mampu memunculkan output yang optimal untuk: peningkatan kinerja, efektifitas penggunaan sarana prasarana official dan kepuasan pelanggan.

Bagaimana Mengolahnya?

1.    BELAJAR DARI PENGALAMAN – Ya memang ini kunci utamanya. Jangan takut menjadi multi tasking mendapatkan presur tinggi atau hal – hal menantang dan sedikit “menyebalkan” lainnya dalam dunia kerja, hadapi dan coba selesaikan semuanya secara rapi. Dengan begini, kita mempunyai banyak pengalaman yang bisa kita arsipkan. Sebab, penyampaian nasihat, solusi atau tindakan alternatif ke staf atau rekan kerja tidak dapat sampi secara efektif tanpa kita menyertakan contoh kasus “serupa” yang sudah pernah kita alami sebelumnya.

2.    ING MADYA MANGUN KARSA – yang berarti pemimpin yang berada di tengah – tengah. Jadi penting untuk memposisikan diri sebagai pendamping, bukan “atasan” sehingga staf kita merasa aman kita bisa dekat dengan mereka.

3.    DELEGASIKAN TUGAS – menjadi pimpinan juga harus pandai mendelegasikan tugas supaya staf-nya akan naik self esteemnya karena merasa dipercaya. Kita tidak harus tahu dan bisa melakukan semua hal yang harus dikerjakan staf, tapi kita harus bisa mengelola potensi mereka dan memberikan solusi dari masalah kinerja yang mereka hadapi.

4.    MENDEM JERO MIKUL DHUWUR – Ini penting sekali dilakukan oleh semua level karyawan. Jangan sekali – sekali kita mengumbar kekesalan terhadap rekan satu tim pada divisi lain yang berseberangan karena akan membuat kita dianggap tidak kompeten. Jangankan mampu menciptakan jurisprudensi, di dengarkan aspirasinya saja akan sulit. Jadi, jelek dan bagusnya tim adalah milik bersama.
Mari kita mencoba mengolah empat poin tersebut dan semoga membuat kita lebih mudah untuk meminta orang di lingkungan kerja untuk melakukan apa yang kita inginkan tanpa mereka merasa diperintah melainkan akan merasa bahwa mereka itu: eksis, kapabel dan kredibel.

Selasa, 16 Oktober 2012

Kegagalan dan Rasa


BAYANGKAN anda mencintai seseorang tetapi orang itu tidak mencintai anda, tentu menyakitkan. Tetapi, anda lebih kecewa apabila anda mencintai seseorang tetapi tidak mempunyai keberanian untuk memberitahu apa yang anda rasakan.

Percaya atau tidak, anda memerlukan seminit untuk tertarik kepada seseorang, sejam untuk menyukai seseorang, sehari untuk mencintai seseorang tetapi mengambil masa seumur h

idup untuk melupakan seseorang yang anda cintai.

Cinta adalah ketika anda dibuai perasaan, kesabaran dan romantis dalam suatu hubungan serta mengetahui bahawa anda amat mengambil berat mengenai si dia.

Hal yang menyedihkan dalam hidup adalah ketika bertemu seseorang yang sangat bererti bagi kita, namun akhirnya kita terpaksa membiarkan dia pergi. Ketika pintu kebahagiaan tertutup, yang lain terbuka.

Tetapi kadangkala kita menatap terlalu lama pada pintu yang tertutup itu sehingga kita tidak melihat pintu lain yang terbuka untuk kita.

Teman yang terbaik adalah individu yang sentiasa berada di sisi, berasa seronok ketika bersama dan dia tidak pernah mengatakan apa-apa selain tetap menyokong anda dari belakang.

Memberikan seseorang semua cinta tidak pernah menjamin bahawa mereka akan mencintai anda.

Jangan mengharapkan cinta sebagai balasan, tunggulah sampai cinta itu berputik di dalam hatinya. Tetapi jika tidak, pastikan dia tumbuh dalam hatimu.

Ada hal yang sangat ingin anda dengar tetapi tidak akan pernah anda dengar daripada seseorang yang anda sukai. Tetapi jangan sampai anda menjadi tuli walaupun tidak mendengar luahan hatinya.

Jangan pernah mengucapkan selamat tinggal jika anda masih ingin mencuba. Jangan menyerah selama anda berasa masih ada harapan. Jangan pernah berkata anda tidak mencintainya lagi walhal tidak sanggup membiarkan dia pergi.

Cinta datang kepada mereka yang masih mempunyai harapan walaupun sering dikecewakan. Cinta hadir kepada mereka yang masih mempercayai, walaupun kerap dikhianati. Cinta juga menghampiri mereka yang masih ingin mencintai, walaupun berulang kali disakiti dan kepada mereka yang mempunyai keberanian serta keyakinan untuk membina kembali kepercayaan. Janganlah mudah berputus asa.

Jangan melihat daripada wajah, itu boleh menipu. Jangan melihat kekayaan, itu boleh luput. Berharaplah kepada seseorang yang dapat membuatmu tersenyum kerana sebuah senyuman dapat membuat hari yang gelap menjadi cerah.

Berharaplah anda bertemu seseorang yang dapat membuat anda tersenyum. Ada saat dalam kehidupan apabila anda sangat merindukan seseorang, ingin menemui dan memeluknya.

Berharaplah anda dapat mimpikan si dia, pergilah ke mana saja anda ingin kunjungi, jadilah sesuai dengan keinginan anda kerana anda hanya hidup sekali dan satu kesempatan untuk melakukan apa diinginkan.

Semoga anda memperoleh cukup kebahagiaan, cukup dugaan untuk membuat anda kuat, cukup penderitaan untuk membuat anda menjadi manusia yang tabah dan cukup harapan untuk membuat kamu berbahagia.

Selalu letakkan diri pada posisi orang lain. Jika anda berasa itu menyakitkan, mungkin ia akan menyakitkan orang lain.

Orang yang bahagia tidak perlu memiliki yang terbaik dalam segala hal. Mereka melakukan yang terbaik dalam segala hal. Kebahagiaan bukan bagi mereka yang menangis, mereka yang terluka, mereka yang mencari, mereka yang mencoba.

Cinta bermula dengan senyuman, tumbuh dengan kemesraan dan berakhir dengan air mata. Masa depan yang cerah berdasarkan pada masa lalu yang dilupakan, Anda tidak dapat melangkah dengan baik dalam kehidupan hingga anda melupakan BAYANGKAN sakit hati.

Ketika lahir, anda menangis dan semua orang di sekeliling tersenyum. Hiduplah dengan hidupmu, justeru ketika anda meninggal dunia, anda satu-satunya yang tersenyum dan semua orang di sekeliling menangis.

Kebahagiaan saat Anda bersyukur



1. Lepaskanlah Rasa Kuatir & Takut mu.
Ketakutan & kekuatiran hanyalah imajinasi pikiran akan suatu kejadian di masa depan yang belum tentu terjadi,
kebanyakan hal-hal yang Anda kuatirkan & takutkan tak pernah terjadi !
It's all only in your mind.

2. Buanglah Dendam.
Dendam & Amarah yang disimpan hanya akan menyedot energi diri Anda & hanya mendatang

kan KELELAHAN JIWA, BUANGLAH !!

3. Berhentilah Mengeluh.
Mengeluh berarti selalu tak menerima apa yang Ada saat ini, secara tak sadar Anda membawa-bawa beban negatif.

4. Bila Ada Masalah, Selesaikan Satu Persatu.
Hanya inilah cara menangani setiap persoalan satu demi satu.

5. Tidurlah Dengan Nyenyak.
Semua masalah tak perlu dibawa tidur. Hal tersebut buruk & tak sehat, biasakanlah tidur dengan nyaman.

6. Jauhi Urusan Orang Lain.
Biarkan masalah orang lain menjadi urusan mereka sendiri. Mereka memiliki cara sendiri untuk menangani setiap masalahnya.

7. Hiduplah Pada Saat Ini, Bukan Pada Masa Lalu.
Nikmati masa lalu sebagai kenangan, jangan tergantung padanya. Konsentrasikan lah hidupmu pada kejadian saat ini, karena apa yang Kita miliki adalah saat ini, bukan kemarin, bukan besok.
"Be totally present"

8. Jadilah Pendengar Yang Baik.
Saat menjadi pendengar, anda belajar & mendapatkan ide-ide baru berbeda dari orang lain.

9. Berpikirlah Positif.
Rasa frustasi datang dari pikiran negatif. Kembalilah berpikir positif. Bertemanlah dengan orang-orang yang berpikiran positif & terlibatlah dengan kegiatan-kegiatan positif.

10. Bersyukurlah.
Bersyukurlah atas hal-hal kecil yang akan membawa Anda pada hal-hal besar. Sekecil apapun karunia yang Anda terima, akan menghasilkan hal-hal besar & selalu membawa Anda kepada Kebahagiaan saat Anda bersyukur.